Dengan setumpuk buku yang kupegang, kulangkahkan kakiku berjalan menuju keluar gerbang sekolah. Rasa capek, lapar, dan gerah menjadi satu. Waktu itu sekolah sudah agak sepi. Karena sendirian, aku hanya berdiri bak orang bodoh yang tak tau mau berbuat apa. Tak sengaja, mataku tertuju pada satu sosok bapak yang sudah mulai tua, berseragam layaknya... supir. Ia tampak cemas dan tak sabar, seperti menanti sosok anak majikannya muncul, menorehkan senyum dan rasa lega pada mimik wajahnya. Aku memutuskan berpura-pura lewat dihadapannya agar aku bisa melihatnya dengan lebih jelas lagi. Matanya kemerahan, mungkin dia letih. Tapi meski begitu penampilannya rapi dari ujung kepala ke ujung kaki. Kasihan bapak ini...pikirku. Teringat beberapa sosok yang tak jauh berbeda dengannya, yang pernah kutemui. Seperti nenek-nenek pengemis di trotoar depan sekolah dan kakek pemain gitar di lampu merah serta para pedangang koran dan minuman didekat fly over. Mereka sama, rela menghabiskan sebagian besar waktunya seharian dengan satu harapan, mendapatkan uang. Menghabiskan tenaga dengan berharap mendapatkan hasil yang setimpal. Berjuang keras menghidupi diri dan keluarga, mencoba bertahan di persaingan zaman yang makin ganas. Walau tak pernah merasakannya, tapi kadang aku berpikir, bekerja itu susah. hidup itu susah. Hidup mereka susah. Mendapatkan uang itu susah. Peri gigi yang tenar diceritakan didongeng saja tidak ada, apalagi peri uang. Satu-satunya jalan adalah bukan tak mau bekerja. Tapi.... syukur. Bersyukur. Syukuri apa yang ada. Yah well.. but a living thing called human always wish that they can get more than what they have. And we called that.. “needs”. Di pelajaran ekonomi dijelaskan jenis-jenis kebutuhan manusia. Dan tak sedikit jenis dari kebutuhan itu mempuyai jenis lagi. Jika anda bingung intinya kebutuhan manusia itu banyak. Karena kebutuhan itu dapat meningkatkan derajat manusia. Entah apa hubungannya dan bagaimana mau akhiri cerita ini, oke ini aneh tapi dari semua diatas, intinya, kasihan mereka :(
Selasa, 15 November 2011
Langganan:
Komentar (Atom)